Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Minggu, Mei 31, 2015

31 Mei, Lawan Lupa




31 Mei, Delapan Tahun Kami Tak Lupa

..api kasih, keadilan dan perdamaian
api ingatan tak akan pernah padam

menanam (benih kebenaran dan keadilan) adalah melawan
jangan Penjara ucapan kebenaran

tegakan keadilan tetap Melawan..''













Minggu, Mei 24, 2015

Satu Abad Dilupakan, Tok Janggut Pahlawan Malaya-Patani

24 Mei (1915-2015) Gugur Seorang Pahlawan Malaya-Patani, Satu Abad Kita Lupakan ..

Julukan Haji Mat Hassan Panglima Munas dengan panggilan Tok Janggut yaitu satu julukan atau ejekan kepada seorang tua yang menyimpan janggut panjang ini sudah cukup untuk menutupi kebenaran sejarah perjuangan bangsa kita melawan penjajah. Jika tidak, nama baik dan martabat Inggris akan terpengaruh sebagai kekuatan besar dunia. Jadi manusia bernama Tok Janggut ini harus dibunuh dengan cara apapun dan pengaruhnya harus dihapuskan di muka bumi Melayu ini.

TOK JANGGUT atau HAJI MAT HASSAN
Kesadaran Mat Hassan terhadap agama, bangsa dan tanah air dipupuk sejak kecil lagi. Dia dilahirkan di Kampung Saring, daerah Jeram, Kelantan pada tahun 1850 an. Setelah ayahnya menjabat sebagai panglima istana, ia juga dibesarkan dalam istana Tengku Seri Maharaja Jeram. Dia belajar ilmu agama di Mekah, Beliau pernah berguru dengan Syeikh Wan Ahmad Al-Fathoni (a). Ketika berusia 52 tahun dan masih di Makkah, Patani dikuasai Siam. Gurunya, Syeikh Wan Ahmad Al-Fatoni yang berasal dari Patani anak murid kepada Sheikh Daud bin Abdullah Al-Fathoni memberi amanat agar muridnya itu pulang, berikhtiar dan berjuang untuk membebaskan koloni Patani yang dikenal sebagai 'Negeri Serambi Mekah' itu. Pada saat yang sama, Inggris mulai melebarkan penjajahannya ke negeri Melayu di Utara dan Timur Semenanjung setelah berhasil menguasai negeri di pantai Barat Semenanjung.

Perjanjian Anglo Bangkok yang disegel antara Inggris dan Siam 1909 menyebabkan Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis ditempatkan di bawah kekuasaan Inggris sementara Patani, Menara, Jalor dan Setol di bawah Siam. Kehadiran Inggris di Kelantan tidak direstui oleh orang Melayu dan perubahan administrasi yang diperkenalkan penjajah ternyata menindas penduduk watan.

Setelah Perjanjian Anglo Inggris-Siam pada tahun 1909 an, pihak Inggris mengambil alih pemerintahan negeri Kelantan dari Siam dan mulai membawa berbagai perubahan khususnya dari sudut administrasi. Perubahan yang dibawa telah menyentuh isu keistimewaan tradisional negeri Kelantan.

Hj Mat Hassan pulang ke kampung halamannya di Kelantan pada tahun 1910 serta membawa amanah yang disampaikan oleh Guru Sheikh Ahmad Al-Fathoni, untuk membebaskan Patani dari penjajah Siam (Thailand), berpegang dengan amanah Gurunya itu, Inggris juga merupakan kafir harbi seperti penjajah Siam yang harus dilawan.

Tok Janggut pulang ke Kelantan tatkala Sultan dan pembesar Melayu di Kota Bharu tidak mampu melawan Inggris. Dia menawarkan diri kepada Ungku Besar Jeram untuk mendirikan barisan menentang penjajah itu.

Sebenarnya penjajah saat itu sangat takut dan takut kepada Ulama atau Haji (b) yang baru pulang dari Makkah atau negara timur tengah. Gerak gerik dan tindak tanduk mereka sering diperhatikan oleh Pengawai Inggris apalagi perhatian yang serius perlu diberikan kepada Hj Mat Hassan ini yang pulang membawa amanah jihad dari gurunya harus dihapus segera.

Pada 22 Oktober 1910, pemerintah Inggris telah membuat perjanjian dengan pemerintah Kelantan. Pemerintah Kelantan yang berada dalam kondisi terjepit akibat perjanjian Inggris-Kelantan pada tahun 1910 an dipaksa menyatakan bahwa mereka berpihak Inggris dalam perang itu. Keputusan pemerintah Kelantan pada saat itu mendukung Inggris dan bukan Turki Ottoman dalam Perang Dunia Pertama. Keputusan ini mengecewakan Tok Janggut karena bertentangan dengan fatwa Syaikhul Islam, Syaikh Khayri Effendi, yang mewajibkan umat Islam berjihad melawan Inggris dan sekutunya. Sentimen anti-Inggris meningkat ketika pemerintah Turki Utsmani menyeru umat Islam berjihad melawan penjajah Barat. Tok Janggut seruan tersebut dengan melancarkan perlawanan terhadap Inggris di Pasir Puteh, Kelantan.

Semenjak itu dimulailah intervensi pemerintah Inggris di Kelantan. Pemerintah Inggris juga memperkenalkan lembaga pemerintahan baru seperti Kantor Polisi dan Pengadilan di tingkat daerah. Antara isu sensitif yang dibawa oleh penjajah Inggris tentang peraturan pajak tanah yang baru pada 1 April 1915 turut diperkenalkan pada rakyat adalah:
a) Inggris memperkenalkan peraturan pajak tanah yang mewajibkan petani membayar pajak tanah pada tahun 1915 an.
b) Petani dikenakan berbagai pajak yang memberatkan seperti pajak pohon kelapa yang berbuah, pajak pohon pinang, pajak daun sirih dan ternak sapi serta kerbau.

Peraturan ini mewajibkan rakyat membayar pajak tanah apakah tanah yang diusahakan atau tanah tidak diusahakan. Berbeda dengan pajak sebelumnya yang menggunakan pajak berdasarkan hasil tanah, jika banyak hasil tanahnya maka banyaklah pajaknya dan jika sedikit hasil tanahnya maka sedikitlah pajaknya, atau dibebaskan langsung ke tanah yang hasilnya tidak menjadi. Tapi kali ini, apakah tanah itu diusahakan atau tidak diusahakan akan tetap dikenakan pajak yang tetap mengikuti kelas-kelas tanah dari $ 0.40 sampai $ 1.20 untuk per hektar. Selain itu, pajak pohon kelapa berbuah sepokok dikenakan 3 sen, pohon pinang sepokok isi 1 sen, sireh 5 sen sejunjung, sapi dan kerbau 20 sen untuk seekor.

Pajak ini sangat membebani rakyat karena dikenakan kepada hal kebutuhan harian rakyat, tidak seperti sebelumnya, pajak hanya dikenakan atas kelebihan kebutuhan rakyat seperti pohon pinang jika lebih dari 10 batang barulah dikenakan pajak.

Pada tahun 1914 sebelum peraturan pajak tanah dilakukan, seorang wakil Inggris (c) yang berasal dari Singapura bernama Abdul latiff diangkat menjadi Kepala Daerah di Kabupaten Pasir Putih. Salah langkah siapan agenda Inggris untuk menegakkan semua hukum pajak Kerajaan Kelantan yaitu termasuk tiap-tiap seorang dikenakan pajak.

Bangkitnya satu sosok pejuang yang juga ulama mengobarkan ruh perjuangan dalam jiwa orang kampung di jajahan Pasir Puteh, menentang penindasan yang dilakukan oleh hegemoni koloni barat. Tok Janggut hadir untuk membebaskan rakyat Pasir Puteh dari ditindas dengan berbagai pajak yang tidak adil. Karena tidak sanggup menahan derita, banyak penduduk berpihak Tok Janggut dan kesadaran untuk membela agama, bangsa dan tanah air itulah menjadi prolog kisah perjuangannya.

Rakyat menghadapi masalah kesulitan membayar pajak karena kantor pajak terletak jauh di kota. Penduduk yang gagal membayar pajak akan ditangkap dan didenda. Selanjutnya sikap biadap kantor inggris yang bertugas menimbulkan kemarahan warga terhadap Inggris.

Akibat kezaliman ini, Tok Janggut bersama teman-temannya telah memulai satu gerakan anti-hasil di jajahan Pasir Puteh dengan mengarahkan pengikutnya memboikot pembayaran pajak kepada pemerintah. Hasilnya pada April 1915, kutipan pajak di daerah Bukit Abal dan Gaal telah turun tajam dari $ 3000 ke $ 89.32. Kuasa rakyat menggugat hegemoni pemerintah koloni Inggris.

Tidak berhenti disitu, Tok Janggut melanjutkan perlawanan dengan pemerintah Inggris, dengan mengadakan diskusi dengan pengikutnya di rumah Tok Nik Bus di Kampung Tok Akid tentang strategi untuk melawan Inggris. Akhirnya keputusan diterima untuk membebaskan Pasir Puteh dari penjajahan Inggris.

Setelah berhasil menguasai Pasir Puteh, Tok Janggut diangkat sebagai Perdana Menteri dan Ungku Besar Jeram diangkat sebagai Raja di Pasir Puteh. Seruan Jihad Tok Janggut untuk membebaskan Pasir Puteh dari penjajah telah dimanipulasi oleh Inggris dan menggelar Tok Janggut sebagai pengkhianatan (d) kepada Sultan Kelantan. Tok Janggut menjelaskan bahwa ia dan pengikutnya tidak berniat memberontak pada Sultan tetapi bertujuan menghalau pemerintahan inggris yang dianggap sebagai penindas. Perjuangan Mat Hassan Panglima Munas ditolak, bahkan kata 'jihad' yang diluncurkan oleh Tok Janggut diganti dengan kata 'pengkhianatan' dan 'pemberontakan'. Orang Inggris benar-benar ingin memperburuk nama baik pejuang kebebasan menyusul dampak dan pengaruh besar Tok Janggut terhadap rakyat negeri Kelantan. Bagi pihak Inggris, jika tindakan Tok Janggut tidak diblokir, posisi mereka sebagai kekuatan dunia yang terunggul dan bangsa yang disebut cerdik akan terpengaruh. Oleh yang demikian, keputusan untuk membunuh Tok Janggut telah disepakati secara bulat oleh pihak Inggris.

Atas saran Penasihat Inggris dan muslihatnya yang licik serta dukungan Datuk Bentara Setia dan Datuk Menteri, Sultan Muhammad ke-IV memutuskan untuk menangkap Tok Janggut dan pengikutnya atas kesalahan memberontak. Sementara itu, Inggris membawa tentara Sikh untuk membakar rumah penduduk desa, tindakan itu memicu kemarahan Tok Janggut. Pada tanggal 24 Mei 1915, Tok Janggut melakukan serang Fajar waktu jam tiga pagi dengan menyerang tenda tentara Inggris di Pasir Putih.

Beberapa kantor Inggris pula memimpin tim Malay State Guides memburu kelompok Tok Janggut dan menggeledah rumah penduduk kampong. Sementara itu, tim Tok Janggut dan tentara Inggris bertabrakan di Kampung Dalam Pupoh tidak jauh dari Kampung Merbol dan dengan teriakan takbir, Tok Janggut dan pasukannya bertempur hebat.



Tabrakan terakhir antara tim Malay State Guides pimpinan kantor Inggris dan Tok Janggut di Kampung Dalam Pupuh terjadi tembak menembak, dan akhirnya Tok Janggut gugur syahid bersama banyak pengikutnya dalam pertempuran melawan penjajah. Jenazahnya dibawa dan diarak sekitar Kota Bharu, kemudian digantung secara terbalik kaki diatas kepala dibawah di Lapangan Merdeka selama 4 jam, sebelum dimakamkan di Pasir Pekan.

Bila tokoh yang juga ulama itu meninggal, Inggris menyadari bahwa aura perjuangan 'Tok Janggut juga harus dihapus untuk menghindari peristiwa yang sama berulang. Selanjutnya Inggris melancarkan perang saraf untuk memperburuk nama Tok Janggut dan pengikutnya, mencari sisa pengikut Tok Janggut untuk dihukum. Bahkan, satu penawaran turut dipublikasikan kepada masyarakat bahwa siapa yang berhasil menangkap pengikut kanannya akan menerima imbalan. Penawaran dengan harga lumayan antara $ 250 - $ 500 untuk setiap orang.

Ada dikalangan pengikut Tok Janggut dihukum tembak sampai mati, dipenjara seumur hidup, dan ada juga yang ditembak oleh orang bayaran Inggris. Tidak cukup dengan pembunuhan pejuang agama dan rakyat itu, Inggris masih belum kenyang dengan darah Tok Janggut, mereka terus dengan harapan generasi mendatang menganggap Tok Janggut dan pengikutnya sebagai pengkhianat bangsa serta negara.

Meninggalnya seorang tokoh pahlawan Malaya Tok Janggut ini umpama menutup bangkai gajah dengan nyiru, usaha itu tidak berhasil karena masyarakat sudah dapat membedakan mana kaca dan mana permata. Meskipun usaha Tok Janggut untuk melawan dan mengusir penjajah dari bumi Melayu tidak kesampaian, semangat cintakan agama, bangsa dan tanah air yang tertanam kokoh di dalam jiwa Tok Janggut menyebabkan ia disanjung hingga kini.


______________________________

(a). Syeikh Wan Ahmad Al-Fathani adalah guru agama bertaraf wali kepada hampir seluruh ulama nusantara ini pada masa itu karena Syeikh Wan Ahmad adalah Tokoh orang Melayu yang telah diakui menjadi guru agama mengajar di Makkah dengan ketinggian ilmunya. Selain itu Syeikh Ahmad ini merupakan pendiri asosiasi orang Melayu di luar negeri yaitu Jami'atul Fathaniyah di Mekah dan ditunjuk oleh Sultan Abdul Hamid II sebagai Ketua Komite Percetakan Pemerintah Utsmaniyyah. Bahkan Syeikh Wan Ahmad juga dianugerahi kewarganegaraan Utsmani pada 1889.

(b). Di Indonesia, Orientalis barat seperti Dr. Christian Snouck Hugronje telah membuat satu penelitian khusus untuk mendalami praktek agama dan adat budaya masyarakat setempat khususnya di Aceh.
Hasil dari penelitian Snock Hugronje, dapat mengatakan:
"Belanda tidak perlu takut kepada pengaruh Haji Indonesia karena mereka hanya pulang dengan sorban, yaitu simbol Haji semata-mata dan tidak selalu bersikap benci kepada orang kafir. Tapi jika mereka pulang dengan ilmu pengetahuan Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap, termasuk politik maka kelompok Haji ini harus diawasi oleh pihak penguasa .... "
Betapa besar pengaruh orang bergelar 'Haji' ketika itu sehingga pihak Inggris memberi perintah memaksa Sultan Kelantan yaitu Sultan Muhammad IV mengeluarkan titah perintah melarang rakyat (yang diantaranya ada banyak ulama) mendukung pemerintah Turki Ottoman. Bahkan Inggris juga memaksa mufti Kelantan ketika itu mengeluarkan satu surat dukungan supaya mendukung pemerintah Inggris dalam perang.

(c). Perwakilan yang bernama Abdul Latif yang dikirim oleh Inggris khusus dari Singapura ini mungkin seorang talibarut Inggris atau mungkin hamba The Hidden Hand, semata-mata untuk memicu isu atau api kemarahan penduduk dengan memperkenalkan sistem pajak yang tinggi dan tidak wajar. Bila api kemarahan tercetus, maka senanglah Inggris menjalankan agendanya yang tersembunyi dengan alasan untuk menyelesaikan masalah pemberontakan dan dalam waktu yang sama mengambil kesempatan untuk membunuh Hj Mat Hassan atau Tok Janggut yang menjadi ancaman besar dan sangat berbahaya bagi mereka.

(d). Seketika itu Istana di Kota Bharu Sultan Muhammad IV sudah memberi jaminan tertulis kepada Inggris akan memastikan kekacauan tidak terjadi di Kelantan.

Senin, Mei 18, 2015

Etnis Rohingya dalam Tirani Kemanusiaan

Tata dunia hari ini yang memuja demokrasi dan sistem negarabangsa terbukti telah mengaborsi rasa kemanusiaan para penguasa etnis untuk menolong kaum lemah dan berhasil membutakan mata mereka akan salah satu kezaliman kemanusiaan terbesar abad ini.

Ibarat pepatah, lepas dari mulut harimau lalu masuk ke mulut buaya. Begitu kira-kira nasib para pengungsi warga etnis Rohingya saat ini. Melarikan diri dari ancaman dan diskriminasi sektarian di tanah asal, Myanmar, tak lantas membuat mereka aman. Bahkan, ketika menyeberang ke negeri orang, mereka masih harus bertaruh nyawa.

Penemuan 26 mayat etnis Rohingya dari 32 kuburan massal yang digali di sebuah kamp perdagangan manusia di daerah Sadao, provinsi Songkhla, Thailand Selatan, yang disusul penemuan berikut ratusan kamp dan kuburan massal tergempar masyarakat dunia.

Pada tanggal 22 Juli, koran South China Morning Post melaporkan bahwa 18 Muslimah dan anak-anak Rohingya telah melarikan diri perlindungan pengungsi Phang Nga di Phuket, Thailand, menuju Malaysia. Kondisi di kamp-kamp pengungsi Thailand yang melebihi kapasitas ini digambarkan lebih dahsyat dari penjara Thailand. Salah satu pengungsi yang melarikan diri dilaporkan sedang mengandung.

Sehari sebelumnya, Phuketwan melaporkan bahwa mereka tidak mungkin dapat melarikan diri tanpa bantuan pelaku perdagangan manusia (human trafficking); hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa para perempuan dapat menjadi korban sindikat perdagangan manusia. Pepatah Melayu, yakni keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau - sangat tepat untuk menggambarkan penderitaan kaum etnis Rohingya, yang terus berlanjut tanpa akhir di negara-negara yang baru mereka datangi untuk mencari perlindungan, termasuk di Thailand dimana mereka telah menjadi korban perdagangan manusia dan penganiayaan oleh pemerintah Thailand. Meskipun ada beberapa laporan bahwa polisi Thailand telah terlibat dalam perdagangan perempuan Rohingya dari kamp-kamp pengungsi.

Tidak sedikit dari etnis Rohingya terjebak perangkap pelaku dan sindikat perdagangan manusia. Para penjahat terorganisir itu tak segan-segan menyakiti, bahkan membunuh, para korban demi mendapatkan uang tebusan.

Sindikat perdagangan manusia tak segan bertindak kejam demi menjamin kesinambungan bisnis haram tersebut. Kondisi itu semakin diperparah dengan ketidakpedulian negara setempat akan nasib para pengungsi Rohingya tersebut.

Dalam investigasi stasiun televisi BBC, beberapa waktu lalu terungkap, banyak pejabat aparat keamanan, baik polisi maupun tentara, ikut terlibat. Dalam liputan itu diketahui, Pengawai keamanan asal Thailand ikut andil terlibat menyelundupkan para warga pengungsi Rohingya dari perbatasan Thailand Selatan untuk masuk ke Malaysia.

Para pengungsi Rohingya harus membayar hingga 200 dolar AS untuk sampai ke Malaysia kepada pedagang manusia. Mereka lalu dibawa dengan kapal yang penuh sesak, sering tanpa makanan dan minuman. Mereka biasanya dibawa lebih dulu ke kamp-kamp penampungan gelap di Thailand dan diperlakukan seperti budak.

Sementara dalam konteks Malaysia, Pengawai polisi kerap terkesan menutup mata dan enggan bersikap serius terhadap keluhan terkait warga Rohingya.

Setiap tahun, ribuan pengungsi Rohingya asal Myanmar dan pencari suaka asal Bangladesh berlayar menuju Malaysia dan Indonesia dengan kapal-kapal dari sindikat perdagangan manusia. Dalam tiga bulan pertama 2015, PBB memperkirakan ada 25.000 pengungsi yang berangkat, kebanyakan dari kamp gelap di Thailand.

Penderitaan tak henti etnis Rohingya menunjukkan kegagalan tata dunia liberal-kapitalis dalam menyelesaikan masalah ini. Myanmar menganggap warga Rohingya sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan menolak memberi mereka status warga negara, sekalipun mereka telah tinggal puluhan tahun di negara itu. Banyak warga Rohingya melihat pengungsian sebagai satu-satunya jalan untuk mendapatkan suaka politik di tempat lain. Tujuan akhir mereka adalah Australia.

Tata dunia hari ini yang memuja demokrasi dan sistem negarabangsa terbukti telah mengaborsi rasa kemanusiaan para penguasa etnis untuk menolong kaum lemah dan berhasil membutakan mata mereka akan salah satu kezaliman kemanusiaan terbesar abad ini.

Sistem dunia yang penuh standar ganda ini, meninggalkan hanya upaya kerjasama regional yang lemah seperti ASEAN dan dialog basa-basi yang sama sekali mandul dalam menyelesaikan tragedi etnis Rohingya. Para penguasa Bangladesh, Malaysia dan Indonesia telah mendehumanisasi ratusan ribu etnis Rohingya.

Oleh penguasa seagama Rohingya hanya dianggap mereka hanya sebagai pengungsi yang memberatkan, membiarkan mereka hidup terkatung-katung dan diperdagangkan oleh sindikat perdagangan manusia, hal ini tidaklah mengerankan karena para penguasa ini sebenarnya adalah penguasa boneka hasil produksi Kapitalisme sekuler.

Melihat kondisi semua ini, masyarakat internasional dan masyarakat muslim hanya diam dan menonton, sambil tetap melanjutkan hubungan persahabatan dan ekonomi mereka dengan rezim Burma penindas. Atau sekadar menawarkan solusi tumpul yang dangkal seperti menempatkan masyarakat Rohingya di kamp-kamp dan tempat perlindungan di mana mereka terus hidup sebagai orang-orang yang tanpa kewarganegaraan (stateless), dengan hak-hak dasar dan kehidupan yang bermartabat mereka telah dirampas. Hal ini menggambarkan bahwa tatanan dunia saat ini, yang didominasi oleh sistem negara-bangsa yang kapitalis, sekuler, dan demokratis, tidak memberi perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat Rohingya atau terhadap penderitaan manusia, sebaliknya lebih memilih untuk melindungi kepentingan ekonomi dan politik.

Kita berharap masyarakat internasional dan masyarakat Negara Islam harus segera adakan resolusi penderitaan dari etnis Rohingya, melalui konsultasi bersama dan upaya kolektif antara semua pemerintah masyarakat dunia berdasarkan keadilan dan hak-hak sah rakyat.

Tentang pengungsi dan pekerja asing untuk meratifikasi Konvensi 1951 Berkaitan dengan Status Pengungsi, Protokol 1967 perusahaan, 1954 Konvensi Mengenai Status Orang Tanpa negara, Konvensi 1961 tentang Pengurangan Kewarganegaraan dan Konvensi Internasional tahun 1990 Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya.

Hatta, Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir terus menjadi salah satu daerah transit pengungsi, dipicu oleh konflik dan penindasan di beberapa tempat. Di kawasan Asia Pasifik diperkirakan ada sekitar 11,7 juta pengungsi yang jadi korban sindikat perdagangan manusia, terutama di wilayah Mekong Besar, Kamboja, Cina, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam.

Sementara, Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) di Malaysia, Juru bicara perwakilan UNHCR di Malaysia, Yante Ismail, mengakui menerima sejumlah laporan ada penyiksaan, intimidasi, dan eksploitasi terhadap pengungsi Rohingya.

Lihat berita yang berkaitan: Kaget Ketemukan Kuburan Massal 32 Mayat Rohingya di Songkla Thailand Selatan, http://dangerofpatani.blogspot.com/2015/05/kaget-ketemukan-kuburan-massal-32-mayat.html

Selasa, Mei 05, 2015

Koleksi Lama dari Patani Fakta Dan Opini (01)

Koleksi Lama dari Patani Fakta Dan Opini. Jilid Putih "PATANI" Sejarah, Politik, Hak Asasi Manusia, Seni Budaya. Jilid kedua: Danger in Patani "the history of sadness" dan Jilid ketiga: Kumpulan Berita PATANI Selatan Thailand.

Kumpulan Berita PATANI Selatan Thailand

Patani dalam Bundel Koran
(Edisi Kulit Emas)
74 Halaman.

Beberapa hari yang lalu saya sempat membuka-buka kembali “harta karun” saya yang tersimpan dalam tumpukan-tumpukan kardus. Harta karun yang berupa ‘Bundel Koran” yang sempat saya beli sejak belasan tahun lalu. Aroma khas kertas koran yang telah lama pun menyeruak menyesakkan hidung. Meskipun tak terlalu banyak jumlahnya, namun ada beberapa jenis koran yang saya simpan. Salah satunya yang terbanyak adalah mengenai isu-isu konflik di Patani Selatan Thailand.

Meskipun tak berlangganan koran, namun sejak tahun 2001-an saya (terkadang) suka membeli Koran, jurnal, novel, majalah khususnya yang terbit apa saja mengenai isu-isu konflik di Patani ataupun yang mempunyai edisi khusus. 

Inilah yang membuat saya membeli Koran, novel, majalah, artikel dan mengumpulkannya dalam bundel-bundel tak beraturan yang di ulangi potostet dan mencetak kembali, yang keinginan saya suatu saat nanti akan saya buat kliping khusus dan saya isikan bacaan ‘Bundel Koran’ buat pada teman yang sejak lama saya idam-idamkan ketika itu (sampai sekarang dua keinginan saya itu belum terwujud, sebab saya seringkali mencangkul pada “ladang” yang berpindah-pindah).



























Jumat, Mei 01, 2015

Kaget Ketemukan Kuburan Massal 32 Mayat Rohingya di Songkla Thailand Selatan

Sebagian jasad telah dikuburkan, sementara sisa lainnya ditutup kain dan selimut di sebuah pondok di pegunungan di propinsi Songkla, Thailand Selatan..!!

Sekitar 30 kuburan migran Myanmar dan Bangladesh ditemukan di Thailand selatan. Daerah ini sering dikunjungi oleh pedagang manusia yang menjalankan kamp bagi para migran.

Mayat 32 warga Rohingya yang diduga diperdagangkan ke Thailand dari Myanmar ditemukan terkubur di dekat kamp kerja di hutan yang tersembunyi di selatan Thailand, Jumat (01/05/2015).

Seorang warga Malaysia dilaporkan kebetulan berada di kamp kemudian memberitahu pihak berwenang.

Kolonel Polis Wirasan Tanpiam dari kantor polis Sadao mengatakan kepada The Anadolu Agency pada hari Jumat bahwa mayat-mayat itu ditemukan oleh tim gabungan polis, polis patroli perbatasan dan petugas penyelamat di kamp di distrik Sadao di provinsi Songkhla, dekat dengan perbatasan Thailand-Malaysia.

"Ketika tim gabungan tiba, mereka menemukan seorang Rohingya hidup tapi benar-benar kelelahan dan mereka kemudian menyelamatkannya," katanya.

Dia menambahkan bahwa sementara forensik masih menyelidiki penyebab kematian yang ditemukan terkubur, dan tim penyelamat terus mencari daerah sekitarnya untuk mayat lainnya.

The Bangkok Post melaporkan bahwa "sebagian besar Rohingya tampaknya telah ... mati kelaparan atau meninggal karena penyakit sambil menunggu pembayaran uang tebusan yang akan diselundupkan ke Malaysia oleh jaringan trafficking yang terdiri dari warga Thailand, Myanmar dan Malaysia."

Warga Rohingya – yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar – sering dipaksa oleh penyelundup agar membayar uang dalam jumlah besar untuk membawa mereka dalam kapal reyot ke pantai Thailand.

Sesampai di sana, mereka sering menjadi korban dari geng-geng lain yang memaksa mereka untuk bekerja di kamp-kamp hutan tersembunyi sampai keluarga mereka membayar uang tebusan.

Jenderal Polis Aek Angsananont mengatakan kepada the Post bahwa penampungan sementara memiliki kantin dan kamar tidur dan terletak hanya 300 meter di utara Perlis State di Malaysia.

"Lokasi ini membantu pedagang untuk mengangkut migran setiap saat dan sulit bagi petugas untuk menangkap mereka," tambahnya.

Philip Robertson, wakil direktur untuk Asia di Human Rights Watch, mengatakan kepada AA pada Jumat bahwa ia tidak terkejut dengan penemuan mayat tersebut.

"Itu hanyalah soal waktu. Ada begitu banyak penyelundupan Rohingya di seluruh wilayah ini. Mereka ditahan di kamp-kamp dan diberi makan untuk waktu yang lama," katanya.

"Yang menjadi masalah besar saat ini adalah apa yang akan pemerintah Thailand lakukan. Mereka telah menutup mata tentang perdagangan ini untuk waktu yang lama, tapi saya pikir mereka tidak dapat mengelak dengan cara lain lagi."

Ia mengatakan harapannya bahwa temuan ini akan menjadi sebuah "wake-up call."

Rohingya adalah anggota kelompok etnis Muslim dari Barat Myanmar.

Mereka berbondong-bondong mulai meninggalkan negara setelah terjadi bentrokan berdarah dengan Buddha Rakhine, kelompok etnis lain di kawasan itu, pada bulan Juni 2012.

Junta Thailand telah menjadikan perang melawan perdagangan manusia menjadi priority utama karena pada bulan Juni negara itu diturunkan ke level terendah dalam laporan Perdagangan Manusia AS.























Lihat berita yang berkaitan: Pengungsi Rohingya, Organisasi Muslim Selatan Beritempat Bernaung, Pejabat Militer Diskors Perdagangan Manusia, http://dangerofpatani.blogspot.com/2013/02/pengungsi-rohingya-muslim-selatan.html, 

Sumber dari: Jurnalislam.com