Right Of Self Determination - Give Back For The PATANIAN Entire Land

Selasa, September 04, 2012

Provinsi Selatan Terus Ancaman Bom, Lima Tentera Luka Parah


Layanan kereta api antara Provinsi Yala, Thailand paling selatan, dan Kabupaten Sungai Kolok di provinsi perbatasan selatan Narathiwat, Senin (3/9) pagi terhenti setelah terdapat peringatan bom.

Polis memberitahu, bom diduga terdapat di dua tempat di Narathiwat, yakni di dekat jembatan di Ban Johwa di Kecamatan Sungai Padi, dan di Kilometer 1125, sekitar 300 meter dari stasiun kereta api Tok Deng.

Kereta api, yang telah meninggalkan Yala menuju Kabupaten Sungai Kolok, kemudian segera dihentikan.

Para ahli bom bergegas untuk memeriksa tempat kejadian di dekat Ban Johwa, tetapi hanya menemukan itu adalah bom tipuan.

Di lokasi kedua di Km 1125, petugas keamanan menemukan sebuah bom, seberat 1.5 kilogram, dalam kotak logam yang dipendam di bawah tanah.
 

Sementara jam 12.00 siang waktu tempatan lima tentara Thailand di dalam satu kendaraan mobil angkutan militer terluka oleh ledakan sebuah bom tanam di tepi jalan di daerah Tak Bai, Provinsi Narahiwat, pada hari yang sama.

 

Lima prajurit cedera serius. Semua korban dikirim ke rumah sakit di Narahiwat untuk mendapatkan perawatan ICU.

Pecahan-pecahan  bom rakitan seberat 10 kilogram berserakan di tempat kejadian.

 

Sejak kekerasan meletus pada Januari 2004, lebih dari 5.000 orang telah tewas dan lebih dari 8.400 lainnya terluka di tiga provinsi selatan Yala, Pattani, Narathiwat dan  sebagian provinsi Songkla.

Menggambarkan wilayah Selatan sebagai “kesultanan Melayu” yang makmur sebelum diserbu tahun 1786 oleh umat Buddha di Siam utara, sebuah kerajaan yang kemudian menjadi Thailand.

Tahun 1909, penjajah Inggris mengatur wilayah itu untuk dianeksasi oleh Bangkok. Pemerintah Thailand kemudian berusaha melakukan de-Melayu dan de-Islamisasi dengan berusaha melenyapkan  dialek Melayu, meningkatkan penggunaan bahasa Thai, dan menumbuhkan nasionalisme Thailand di “Selatan Melayu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar